Skip to main content

Tips memilih kos kosan



Kesalahan saya masuk di tempat baru adalah lupa membeli anti nyamuk. Saya benar benar lupa karena sudah lama tidak berurusan dengan nyamuk nyamuk nakal yang bikin saya susah tidur lelap. Ah!
Soal kos kosan, saya termasuk beruntung. Mulai dari gang Kober Depok, Cengkareng dan Kemang Selatan. Berikut masing -masing kisahnya. Mungkin jadi pertimbangan teman-teman dalam memilih kos kosan di Jakarta ini, buat yang berencana kuliah atau yang bekerja dan jauh dari rumah.
Satu hal yang paling penting adalah memperhatikan kamar mandi dan kualitas airnya. Itu hal utama dalam memilih kos kosan. 
1.      Fasilitas Kampus atau kantor
Sebelum memastikan untuk tinggal di kos kosan, pastikan dulu apakah tempat kerja atau kampus menyediakan fasilitas mess atau asrama. Mengapa? murah meriah. Kampus saya menyediakan fasilitas asrama bagi anak anak daerah. Saya bersyukur karena untuk angkatan kami diberi waktu 2 tahun untuk tinggal di asrama dan pada waktu itu 2007-2009, saya hanya membayar Rp. 160.000,00. Saya ingat sekali gedung kamar saya, F2 lantai 4 nomor 13. Fasilitas yang disediakan pun standar,  tempat tidur, lemari, meja dan kursi belajar, sama rak sepatu. Saya paling puas hidup di asrama :-D.
Kemudian fasilitas kantor, nah perusahaan tempat saya bekerja dulu (saya baru resign dua minggu) menyediakan mess bagi karyawan. Namun sayang hanya untuk karyawan pria. Lumayan sih untuk minimalisasi budget kita per bulannya.
2.       Pastikan akses keluar tidak susah.
Ini menjadi hal yang perlu diperhatikan dalam mencari kos kosan. Apakah hanya dengan berjalan kaki untuk pergi ke stasiun, halte atau tepi jalan raya? Jika masih harus ojek lagi tiap hari ribet juga. Apalagi untuk anak aktif yang suka berorganisasi atau memanfaatkan waktu luang dengan mengikuti kegiatan-kegiatan gratis di luar kampus/kerja (pengalaman gue banget!) Kos kosan kedua saya setelah asrama sangat dekat dengan stasiun kereta. Getaran kereta pun sering terasa ketika melewati depan kos kosan tersebut. Waktu itu di 2009, saya membayar 375.000,00 untuk kos kosan kamar mandi luar. Ada kulkas bersama, dan dapur.
3.      Kontrakan bersama
Jika bisa bersama,mengapa harus sendirian? Nah, ini tergantung sifat dan karakter masing-masing orang yang mau beradaptasi dengan teman-teman sekamarnya. Butuh saling pengertian tingkat tinggi dan respect satu sama lain atas privasi dan semacamnya. Jika tidak, hanya bertahan singkat atau malah komunikasi akrab yang sudah dibangun malah hilang. Saya beruntung menemukan teman-teman baik yang membuat saya betah untuk tinggal bareng-bareng. Pengalaman saya, di 2009 ngekos bareng ka Rani, ka Sari di kontrakan Gang Hj Kober. Waktu itu masing-masing dari kami membayar sekitar 275.000,00. Kemudian setelah ka Rani lulus berganti Amy.  Kebersamaan kami berakhir karena kos-kosan tersebut akan direnovasi, jadi kami harus mencari kos kosan baru. Saya, ka Sari dan Manah mendapat satu kos kosan baru yang nyaman di Gang Haji Atan Kober sampai kami lulus di 2012. Masing-masing dari kami membayar Rp 300.000,00 saja. Uniknya teman-teman, perbedaan antara saya, ka Sari dan Manah itu banyak sekali mulai dari suku, saya Flores, ka Sari Batak dan Manah Sunda. Kemudian agama, Katholic, Kristen dan Muslim. Kami berjalan berdampingan dan saya Cuma mau bilang, berbeda itu indah :D.
Itu saja tips simple yang lebih banyak curhat-nya dari saya. Selamat mencari kos-kosan



Comments

  1. waah saling menghargai satu sama lain walaupun berbeda .. keren

    ReplyDelete

Post a Comment

Terima kasih sudah dibaca,semoga bermanfaat. Silakan menuliskan komentar Anda. Terima Kasih

Popular posts from this blog

Cita-cita menjadi seorang dosen

Masih setengah jalan menuju profesi yang dicita-citakan. Sejak kecil, saya ingin berprofesi menjadi seorang guru. Lebih tepatnya guru di desa terpencil. Seorang saudara sepupu saya, ka Servulus Ndoa, tahu sekali cita-cita saya ini. LOL. Kemudian dalam perjalananannya, saya lebih memilih untuk menjadi seorang dosen. Saya tahu tidak mudah dan tidak asal saja menjadi dosen. Komitmen dan dedikasi sepenuh hati. Aissshh, semoga semeste mendukung keinginan anak baru  kemaren sore ini. Tentu jalannya tidak semulus jalan tol.. Bukan seorang  dengan predikat  cum laude, banyak yang harus terus dipelajari, digali, didalami dan dikembangkan (#Tsahhhh, biar kekinian) Banyak hal yang saya persiapkan. Mulai dari otodidak belajar TOEFL selama liburan dan ketika menganggur dan apply-apply beasiswa S2. Terus, aktif menulis remah-reman dalam bahasa Inggris. Maklum edisi belajar, mulai dari update post bbm, twitter, fb, dan blog. Maaf banget buat yang merasa terganggu, alhasil harus n...

Sahabat

 karena lembar demi lembar kisah hidupku, kutulis bersamamu, sahabat... Persahabatan itu memang selalu ada dalam suka dan duka. Ketika kita susah dan butuh dukungan maka mereka menjadi sumber inspirasi kita. Entah dengan bawelnya mereka menunjukan perhatian atau dengan cueknya pun mereka memberi arti tersendiri bagi kita. Sahabat selalu menunjukan cara masing-masing untuk menunjukan cara betapa pedulinya mereka   kita. Bahkan ketika kita sendiri tidak peduli pada apa yang sedang terjadi pada kita. Masing-masing mereka dengan apa yang ada dalam diri mereka. Saya seorang perantau yang tak benar jika dapat bertahan sendiri tanpa kehadiran sahabat. Sungguh sebuah berkat tak terhingga untuk memiliki sahabat di mana saya dapat menjadi diri saya. Berbagi dan merasakan segala sesuatu bersama terlebih lagi belajar menjalani hidup dalam suatu kesempatan, karena sahabat pun harus merelakan sahabatnya untuk menjalin persahabatan dan mengukir kisah lain. Maka tidak heran jika saya me...

"Ga nabung yah jadi bingung"

Ahay..,saya kangen nge blog..Salam kangen dari saya pada sahabat persablogan yang sering berkunjung dan sering saya kunjungi dan sering berbagi bersama. Yay, saya ngepos t lagi . Beberapa jam yang lalu masih di hari yang sama, saya lagi-lagi terpesona dengan beberapa orang lansia yang membuat saya tersenyum dan belajar.   sumber: www.fao.org/docrep/ 005/y4094e/y4094e15.gif Latar cerita, bertempat di sebuah koperasi. Bukan sebuah kantor besar tapi hanya ruang kecil seluas kamar saya. Orang- orang mengantri dengan sebuah buku catatan berwarna biru yang saya sukai, di bangku bermodel sama yang saya duduki ketika sekolah dasar. Di bangku yang berhadapan dengan petugas( bendahara) duduk seorang kakek mengenakan baju berwarna biru dimasukan dalam celana jeansnya, duduk sambil menyerahkan uang dan buku koperasinya serta  menjelaskan kolom mana saja yang harus disi dengan jumlah uang yang ia inginkan. "Tua-tua rajin menabung, cucu-cucu senang, hahahaha,"katanya ketika sele...