Kiri kanan jalan kota Saigon atau yang sekarang lebih dikenal dengan kota Ho Chi Minh ramai pagi itu. Jalanan padat dengan motor-motor yang lalu lalang, tua, muda, laki-laki dan perempuan. Hal yang menarik perhatian kami, adalah pengguna sepeda motor yang menggunakan helm batok setengah. Setelah sebelumnya kami cukup terkejut dengan posisi sopir yang berada di sebelah kiri, berbeda dengan di Indonesia,

Tujuan saya ke Ho Chi Minh adalah menghadiri sebuah konferensi internasional di bidang lingkungan bersama ketiga teman saya. Setelah acara , tentu saja kami tidak melewatkan kesempatan untuk menjelajahi dan mengenal kota Ho Chi Minh
“Oh there is always shows there but tomorrow is a special day of Ho Chi Minh so it must be a preparation” jawab seorang panitia konferensi.
Saya dan teman saya pun bergegas keluar hotel. Tepat di depan hotel adalah Nguyen Hue Walking Street yang bermula dari Ho Chi Minh City Hall. Sisa-sisa kolonialisme Perancis terlihat jelas pada arsitektur bangunan yang dibangun pada tahun 1902 sampai 1908. Dahulunya bernama Hotel de Ville de Saigon yang sejak 1975 juga dikenal sebagai People’s Committee Building. Di depan gedung ini, dulunya terdapat patung paman Ho yang terlihat akrab dengan anak kecil (Uncle Ho with Kids). Namun pada 2015, di hari peringatan ulang tahun Ho Chi Mih yang ke 125, diresmikan patung baru setinggi 7,2 m dengan sosok beliau yang lebih karismatik.
Kami berjalan mendekati pedestarian Nguyen Hue sambil memperhatikan acara gladi bersih persiapan ulang tahun Ho Chi Minh untuk esok hari. Tarian khas lemah gemulai wanita dan pria Vietnam berpadu dengan alunan lagu bertemakan Ho Chi Minh. Kami juga ikut bernyanyi kecil, mengingat satu frasa yang sering diulang dan akrab di telinga yakni , “Ho Chi Minh..Ho Chi Minh”
Nguyen Ai Quoc (Nguyen The Patriot)

Apa yang membuat paman Ho begitu dihormati dan dicintai? Hingga kota Saigon berganti nama menjadi Ho Chi Minh. Untuk mengenang jasanya dan memperkenalkan kisah hidup paman Ho, dilakukan pameran sepanjang pedestarian Nguyen Hue.
Paman Ho bernama asli Nguyen Tat Thanh merupakan pejuang pembebasan Vietnam dari penjajahan Perancis dan Amerika. Lahir dan besar pada era jajahan Perancis, membuat paman Ho muda memiliki banyak kenangan pahit dan kemudian memimpikan Vietnam bebas dari penjajahan. Pada usia 21 tahun, ia meninggalkan Vietnam untuk menemukan cara kembali dan membebaskan negaranya tersebut. Kemudian ia belajar di Uni Soviet, sekarang Rusia sehinga disangka sebagai antek Rusia kala itu. Dalam masa perjuangan ia menyamarkan namanya menjadi Nguyen Ai Quoc yang artinya Nguyen Sang Patriot.
Ia bekerja sama dengan kelompok-kelompok migran Vetnam di Asia, Eropa, Amerika dan Afrika dan bergabung dengan kelompok-kelompok anti kolonialisme.Ia membentuk organisasi pemuda Than Nien di China (1925) yang merupakan kumpulan tokoh pemuda dan revolusi baik di dalam maupun luar Vietnam dan IndoChinesse Komunist Party (ICP) di Hongkong. Gencarnya perjuangan melawah kolonialisme membuat Ho muda dipenjara selama 2 tahun di Hongkong oleh Inggris.
Sekembalinya dari perantauan untuk pertama kalinya, pada tahun 1941, dengan membentuk Liga Kemerdekaan Vietnam (Viet Minh) melawan penjajahan Perancis dan Jepang yang juga melukan okupasi di Vietnam. Pada saat itu nama Ho Chi Minh yang artinya Ho sang pencerah (He who enlightens) mulai ia pakai sebagai identitas. Pada 2 September 1945, setelah kejatuhan Jepang, Viet Minh menguasai Hanoi dan mendeklarasikan kemerdekaan dengan Ho Chi Minh sebagai presiden pertama.
Pada malam tanggal 19 Mei 2017 kami kembali singgah ke Nguyen Street untuk menikmati suasan malam hari dan menonton pertunjukan. Ada tarian dan vokal grup yang menceritakan tentang Ho Chi Minh, kota dan orang-orangnya. Banyak masyarakat lokal, bersama keluarga, muda mudi berkumpul menikmati pertunjukan peringatan perayaan ulang tahun Ho Chi Minh yang ke 127.
Chu Chi Tunnel
Terowongan Chu Chi berada di sebelah utara, sekitar 70 km dari pusat kota Ho Chi Minh. Kira-kira jam 9.30 pagi, kami menuju terminal Ben CV. Terminal ini sangat mudah dijangkau dengan berjalan kaki dari penginapan kami di area Pham Ngu Lao. Area yang merupakan kawasan ramai turis dari berbagai negara. Banyak kafe dan tempat hiburan malam. Banyak hotel dan hostel murah di sini yang biasa menjadi tempat penginapan para backpackers. Tawaran wisata alam, budaya serta sejarah membuat Vetnam menjadi incaran wisata. Didukung Vietnam yang rendah membuat banyak wisatawan mancanegara terutama Amerika dan Eropa
Suasana terminal cukup ramai . Ibu -ibu penjaja minuman menanyakan tujuan kami dengan antuasias.
“Chu Chi? Tunnels? “ sambil menunjuk ke arah halte yang berada di salah satu sudut terminal. Tidak banyak penumpang menunggu di sana sehingga kami pun menanyakan ke petugas.
Di sepanjang perjalanan menuju terminal Chu Chi , kami dapat mengamati isi kota secara keseluruhan. Ruko-ruko berdiri berhimpitan, dua sampai empat tingkat. Papan-papan iklan di sepanjang jalan tidak satu pun kami pahami, kecuali nama jalan. Motor-motor berseliweran ramai dari segala penjuru jalanan. Herannya, tidak ada pak Ogah, namun tetap saja lancar meski tidak rapi. Klakson motor dan bus tidak henti-hentinya bersahut-sahutan.

Setelah membayar 90000 dong (sekitar Rp.45.000,00),kami memasuki area terowongan. Jalan masuk ke tunnel agak jauh sehingga kami sempat kebingungan. Tiket yang kami bayarkan sudah termasuk seorang pemandu wisata yang akan menjelaskan lebih detail mengenai sejarah pembangunan terowongan tersebut.
Terlebih dahulu, kami menonton pemutaran film mengenai konstruksi terowongan, yang mulai dikerjakan tahun 1940-1960an pada saat perang Indochina dan perang Vietnam. Chu Chi awalnya merupakan salah satu basis perlawanan dan strategi tentara Vietnam Utara ketika perang melawan Perancis yang memiliki peralatan tempur lebih maju. Ketika masih diduduki Perancis, panjang terowongan hanya 30 km, kemudian terus digali oleh hampir semua penduduk mencapai 250 km ketika Viet Cong melawan tentara Amerika. Menonton dokumentari yang disajikan perasaan saya campur aduk walaupun sebenarnya menurut saya dokumentari tersebut tidak terlalu mewakili kejadian sebenarnya di mana ribuan orang menjadi korban. Dokumentasi Mickey Grant lebih bercerita dan detail dibanding dengan wawancara langsung tentara, dokter, masyarakat yang sempat tinggal di terowongan.
Dalam dokumentasi yang kami tonton, digambarkan bahwa Chu Chi dahulunya merupakan daerah yang subur dengan banyak hasil panen yang melimpah. Namun perang tidak saja memakan korban manusia namun lahan-lahan yang subur menjadi kering dan tidak menghasilkan. Untuk bertahan dari perang terutama bom-bom yang dilemparkan musuh, masyarakat masing-masing desa di kawasan Chu Chi menggali terowongan dengan alat-alat seadanya. Tua dan muda, laki-laki dan perempuan turut menggali dengan menggunakan cangkul dan linggis. Masing-masing jalur kemudian disambungkan ke jalur utama sehingga saling terkoneksi. Tanah galian yang segera diratakan kembali dan di buang ke sungai pada malam hari. Jika tidak, akan meninggalkan jejak untuk musuh.
Setelah video berakhir, pemandu memberi informasi mengenai sistem terowongan.bawah tanah sepanjang 250 km itu. Terdiri dari 3 level. Pertama, 2 sampai 13 meter dari permukaan tanah untuk bersembunyi (hidup) dan berperang. Level ke 2, yaitu 6-8 meter merupakan jalur untuk transfer dari satu tempat ke tempat lainnya yang saling terhubung. Sedangkan level 3 yaitu 10-12 meter merupakan jalur untuk keluar dari terowongan yang berakhir di sungai Saigon. .
“ Those were traps” Kami mendekati lubang jebakan yang di dalamnya terdapat besi-besi tajam yang siap menusuk tubuh musuh. Saya bergidik membayangkannya. Ada beberapa variasi jebakan yang digunakan, dibuat sedemikian rupa sehingga hanya lawan yang terperangkap.
Kami tiba di pintu masuk terowongan. Awalnya kami tidak menyangka adanya pintu tersebut, karena penutupnya rata dengan tanah dan ditutupi dedaunan kering. Setelah beberapa teman saya dan turis Eropa lain masuk, saya pun memberanikan diri. Perasaan khawatir dan takut saya hilang karena masih menghirup udara segar di bawah sana, walaupun saya harus merunduk sebelum sampai ke ruang-ruang yang ada.. Tenang saja, terowongan ini sudah direnovasi sedemikian rupa sehingga ada lampu-lampu penerang. Udara segar dialirkan dari bambu-bambu yang ditanam di dalam tanah Dahulunya, terowongan ini lebih sempit namun sudah diperbesar agar bisa dimasuki turis.
Dalam dokumentasi Mickey Grant, tentara masa perang menceritakan bagaimana mereka bertahan di dalam terowongan. Kadang bertahan sampai 15 hari dalam terowongan. Harus berbagi oksigen dengan berbaring teratur dan tidak membuat gerakan berlebihan. Makan nasi kering dan bahkan minum urine sendiri untuk bertahan hidup. Belum lagi ada ancaman jika terowongan diketahui tentara Amerika dan diracun dengan gas mematikan. Namun kehidupan tetap berjalan, ada bayi dan anak-anak yang dibesarkan di dalam terowongan.
Kami mengunjugi ruang rapat dan klinik, tempat para pejuang meyusun strategi dan mengobati tentara perang dengan alat seadanya. Dalam ruang-ruang tersebut terdapat manekin pejuang Vietcong yang menggambarkan suasana pada masa perang. Selain ruang-ruang tersebut, masih banyak ruang fusngsional lainnya seperti gudang senjata dan makanan, sekolah bahkan ruang pertunjukan.
Setelah menelusuri terowongan, kami disuguhi makanan perang singkong rebus yang disajikan dengan campuran kacang tanah dan gula.
Katedaral Notredame
Malam setelah pulang dari Chu Chi, kami mencari makanan halal di pasar Ben Thant, menikmati Pho yang sangat segar dan enak. Juga meneguk kopi Vietnam yang dijual di atas motor. Banyak pedagang ramai menjajakan dagangan pada turis-turis yang kebanyakan turis Asia. Banyak pakaian dan tas murah dengan kualitas bagus. Kami juga membeli oleh-oleh kaos dan tempelan kulkas di sini.
Katedral Notredame merupakan peninggalan misionaris Perancis yang dibangun pada tahun 1863-1883. Bangunannya khas merah bata karena tersusun dari dari batu bata dan genteng yang diimpor dari Perancis. Sayang, saya hanya bisa berfoto di luar . Di depan gereja ada patung Bunda Maria yang ada sejak tahun 1959. Ketika kami datang, ada warga lokal yang sedang berdoa dan bernyanyi dalam bahasa yang tidak saya mengerti. Sembari menunggu saya berdoa, teman-teman saya makan makanan kecil yang dijual oleh ibu-ibu, kacang dan telur puyuh rebus di taman depan katedral.Di seberang jalan, ada pedestarian yang cukup lebar dan banyak warga membeli makanan sambil duduk-duduk menikmati malam dan kota Ho Chi Minh
Mei 2017 -What I Love about travel is I found myself again and again, amaze with how world is formed and how different or same things in other part of the world. --
Mei 2017 -What I Love about travel is I found myself again and again, amaze with how world is formed and how different or same things in other part of the world. --
Comments
Post a Comment
Terima kasih sudah dibaca,semoga bermanfaat. Silakan menuliskan komentar Anda. Terima Kasih