Skip to main content

Where it comes from?

Beberapa kali saya sering bertanya tanya dalam hati. Baik hasil refleksi maupun tiba- tiba pertanyaan tersebut masuk ke kepala.
Pertanyaan ini saya pikir menarik sekali. Memberi ruang kepada saya sejenak untuk berpikir kembali mengenai aksi dan reaksi di hidup. 

Ada sekian aksi yang kita lakukan ataupun yang orang lain lakukan terhadap kita. Masing-masing pun memiliki reaksi sendiri-sendiri tergantung pandangan hidup masing-masing. Beberapa kali ada reaksi negatif yang merugikan baik diri sendiri maupun orang lain. Namun banyak juga untuk kebaikan diri sendiri. Fokus saya beberapa tahun ini sudah lebih baik. Sejak berusaha menerapkan prinsip hidup stoic di hidup, bahwa kita tidak bertanggung jawab terhadap reaksi orang lain maka hidup lebih legowo. Tidak lagi bergantung secara emosional terhadap orang lain. 

Pertanyaan "dari mana datangnya" aksi-aksi di hidup akan mengontrol perilaku kita. Apakah lebih positif untuk dilakukan? Apakah datangnya dari keprihatinan? Apakah bersumber dari hukum cinta kasih? Apakah mengutamakan kebaikan orang lain? Apakah untuk tujuan baik bersama? Pertimbangan-pertimbangan ini menjadikan diri lebih peka terhadap urusan-urusan di hidup. Ada aksi-aksi yang mungkin kurang baik, bisa kita hilangkan. Ada perbuatan yang tidak perlu karena berdasarkan pertimbangan kita, tidak ada manfaatnya bagi hidup kita maupun orang lain. 

Di dalam hidup yang semakin kompleks, jangan sampai aksi-aksi di hidup hanya menyusahkan orang lain. Juga merendahkan kehidupan orang lain. Setiap orang berharga, punya pengetahuan, punya pengalaman baik buruk yang menjadikan mereka sebagai pribadi utuh yang pantas dan layak untuk dihargai. Untuk itu, baiknya selalu bertanya pada diri sendiri, dari mana datangnya niat/perilaku/aksi/perbuatan sehingga selalu bertujuan untuk kebaikan bersama. 

Comments

Popular posts from this blog

Cita-cita menjadi seorang dosen

Masih setengah jalan menuju profesi yang dicita-citakan. Sejak kecil, saya ingin berprofesi menjadi seorang guru. Lebih tepatnya guru di desa terpencil. Seorang saudara sepupu saya, ka Servulus Ndoa, tahu sekali cita-cita saya ini. LOL. Kemudian dalam perjalananannya, saya lebih memilih untuk menjadi seorang dosen. Saya tahu tidak mudah dan tidak asal saja menjadi dosen. Komitmen dan dedikasi sepenuh hati. Aissshh, semoga semeste mendukung keinginan anak baru  kemaren sore ini. Tentu jalannya tidak semulus jalan tol.. Bukan seorang  dengan predikat  cum laude, banyak yang harus terus dipelajari, digali, didalami dan dikembangkan (#Tsahhhh, biar kekinian) Banyak hal yang saya persiapkan. Mulai dari otodidak belajar TOEFL selama liburan dan ketika menganggur dan apply-apply beasiswa S2. Terus, aktif menulis remah-reman dalam bahasa Inggris. Maklum edisi belajar, mulai dari update post bbm, twitter, fb, dan blog. Maaf banget buat yang merasa terganggu, alhasil harus n...

Sahabat

 karena lembar demi lembar kisah hidupku, kutulis bersamamu, sahabat... Persahabatan itu memang selalu ada dalam suka dan duka. Ketika kita susah dan butuh dukungan maka mereka menjadi sumber inspirasi kita. Entah dengan bawelnya mereka menunjukan perhatian atau dengan cueknya pun mereka memberi arti tersendiri bagi kita. Sahabat selalu menunjukan cara masing-masing untuk menunjukan cara betapa pedulinya mereka   kita. Bahkan ketika kita sendiri tidak peduli pada apa yang sedang terjadi pada kita. Masing-masing mereka dengan apa yang ada dalam diri mereka. Saya seorang perantau yang tak benar jika dapat bertahan sendiri tanpa kehadiran sahabat. Sungguh sebuah berkat tak terhingga untuk memiliki sahabat di mana saya dapat menjadi diri saya. Berbagi dan merasakan segala sesuatu bersama terlebih lagi belajar menjalani hidup dalam suatu kesempatan, karena sahabat pun harus merelakan sahabatnya untuk menjalin persahabatan dan mengukir kisah lain. Maka tidak heran jika saya me...

"Ga nabung yah jadi bingung"

Ahay..,saya kangen nge blog..Salam kangen dari saya pada sahabat persablogan yang sering berkunjung dan sering saya kunjungi dan sering berbagi bersama. Yay, saya ngepos t lagi . Beberapa jam yang lalu masih di hari yang sama, saya lagi-lagi terpesona dengan beberapa orang lansia yang membuat saya tersenyum dan belajar.   sumber: www.fao.org/docrep/ 005/y4094e/y4094e15.gif Latar cerita, bertempat di sebuah koperasi. Bukan sebuah kantor besar tapi hanya ruang kecil seluas kamar saya. Orang- orang mengantri dengan sebuah buku catatan berwarna biru yang saya sukai, di bangku bermodel sama yang saya duduki ketika sekolah dasar. Di bangku yang berhadapan dengan petugas( bendahara) duduk seorang kakek mengenakan baju berwarna biru dimasukan dalam celana jeansnya, duduk sambil menyerahkan uang dan buku koperasinya serta  menjelaskan kolom mana saja yang harus disi dengan jumlah uang yang ia inginkan. "Tua-tua rajin menabung, cucu-cucu senang, hahahaha,"katanya ketika sele...