Aku ingin menuliskan ini, memberitahumu, maaf jika bukan keluar dari bibirku karena jika ya, itu akan terdengar seperti tangisan. Aku tidak ingin begitu. Aku tidak ingin kau melihatnya. Rasanya tetap sama, masih dari hati bahkan tahu kah kau berapa lama waktu yang kubutuhkan untuk menyelesaikan kalimat demi kalimat yang kutulis, tanpa membiarkan air mataku jatuh membasahi lembaran surat yang kau baca ini.
Aku sekarang sedang sekarat. Sekarat karena rindu yang menumpuk.Sekarat karena ketiadaan nyatamu, karena kau tahu tiap senja aku sering melihat bayanganmu. Entahlah, terdengar gila. Aku melihatmu selalu melambai ke arahku dan ketika aku berlari menuju senja itu, kau hilang.
Aku diam menikmati ujung senja itu hingga gelap merayap pelan. Ah, lihat, kau seakan senang meninggalkanku, berteman dingin yang menusuk.
Kau tahu, aku habiskan subuhku dengan mengeluh, kenapa cepat pagi datang mengambilmu dari mimpi sedang aku yakin saat itu kau memelukku. Sesaat kerinduanku terbayar.
Aku sekarang sedang sekarat. Sekarat karena rindu yang menumpuk.Sekarat karena ketiadaan nyatamu, karena kau tahu tiap senja aku sering melihat bayanganmu. Entahlah, terdengar gila. Aku melihatmu selalu melambai ke arahku dan ketika aku berlari menuju senja itu, kau hilang.
Aku diam menikmati ujung senja itu hingga gelap merayap pelan. Ah, lihat, kau seakan senang meninggalkanku, berteman dingin yang menusuk.
Kau tahu, aku habiskan subuhku dengan mengeluh, kenapa cepat pagi datang mengambilmu dari mimpi sedang aku yakin saat itu kau memelukku. Sesaat kerinduanku terbayar.
Sendu.
--------------------------
(aSA)
Comments
Post a Comment
Terima kasih sudah dibaca,semoga bermanfaat. Silakan menuliskan komentar Anda. Terima Kasih