sources: google images. For those underage |
Malam itu, sebuah sms masuk dari adik saya yang sedang kuliah di tahun keduanya. Namanya Wig, kelahiran 1995, adik kedua saya. Kira-kira begini isi smsnya :
W : ka, kalau sa(saya) rokok bagaimana?
Saya terdiam sebentar, membayangkan adik saya seperti pemuda kebanyakan yang belum berpenghasilan sendiri mengisap rokok dalam-dalam. Agak jengah juga.
R :JANGAN DULU.KERJA, BELI PAKE UANG SENDIRI BARU ROKOK. KO(kau) LIAT BP (bapak) & US (kakak pertama) ADA ROKOK KAH? [Bapak dan kakak pertama saya tidak merokok]
W: [Kalem] Ok, hanya pendapat sa.
Di saat yang sama, saya sadar anak di atas 17 tahun sudah punya pilihan sendiri.
R: Tapi terserah kau, ko (kau)harusnya bisa tau mana yang paling baik untuk ko. Dari saya sih tidak setuju.
W: Itu sudah, tapi saya bisa kendalikan. Tidak terus-terus.
R: E sa malas [Sedih dan tidak mau tahu lagi. Sudahlah, biarkan saja]
W: Sudah makan?
Saya tidak membalas
.....
15 mnutes later
W:tapi sa tidak pernah beli, kae(kakak), hanya yang datang tawar saja.
Alasan!
Wish he will not be a smokers like my father and first bro. I'll respect if he has his own money to buy the cigarette. Ahh, and the last one also in his puberty phase ( 13 years old) . #gratefulsigh
Comments
Post a Comment
Terima kasih sudah dibaca,semoga bermanfaat. Silakan menuliskan komentar Anda. Terima Kasih