Beberapa waktu lalu saya baca buku Joko Pinurbo, "mari menunaikan ibadah puisi"
"Ah.."
(baca :semacam wow kalau liat sop buah di siang bolong)
Saya tertahan sebentar hingga berhari-hari sebenarnya di judul "masa kecil"sambil mengenang anak kecil yang duduk dan jalan selalu bertiga-tiga. Tertawa sendiri-sendiri kalau baca komik lucu, terus suka bergantian membaca komik rental-an, terus suka nangkring di salah satu kamar dan sembunyi-sembunyi baca cerpen Aneka Yess, kakaknya teman.
Anak kecil bertiga-tiga itu, mama Reyl,
Waktu itu hidup tidak sekompleks sekarang. Ketika hal paling menakutkan adalah PR matematika dan yang paling membahagiakan adalah saling pinjam komik dan makan bakso di pasar. Tidak sesederhana itu, bertahun kemudian.
"di sudut sepi, melangkahi hidup
sambil menangis sendiri-sendiri."
Kami sekarang terpisah jarak, waktu dan bahkan seperti ada di dunia yang berbeda. Seingin-inginnya mengerti kehidupan sahabat, saya ternyata tidak mengerti sepenuhnya. Jadi kami dulu tidak bisa membayangkan hidup yang berliku-liku ini. HOWEVER, ada howevernya, Yup, we are grateful, we are greateful to have such a life. Saya selalu bangga dengan mereka. Bangga karena kami masing-masing berusaha untuk apa yang kami cita-citakan. Meski jalannya tidak semulus melangkahkan kaki lewat pintu Doraemon.
Sebagai ungkapan syukur dan gift buat yang baca, saya kasih lihat yang hijau-hijau. Yang bikin segar mata.
"Ah.."
(baca :semacam wow kalau liat sop buah di siang bolong)
Saya tertahan sebentar hingga berhari-hari sebenarnya di judul "masa kecil"sambil mengenang anak kecil yang duduk dan jalan selalu bertiga-tiga. Tertawa sendiri-sendiri kalau baca komik lucu, terus suka bergantian membaca komik rental-an, terus suka nangkring di salah satu kamar dan sembunyi-sembunyi baca cerpen Aneka Yess, kakaknya teman.
Anak kecil bertiga-tiga itu, mama Reyl,
Waktu itu hidup tidak sekompleks sekarang. Ketika hal paling menakutkan adalah PR matematika dan yang paling membahagiakan adalah saling pinjam komik dan makan bakso di pasar. Tidak sesederhana itu, bertahun kemudian.
"di sudut sepi, melangkahi hidup
sambil menangis sendiri-sendiri."
Kami sekarang terpisah jarak, waktu dan bahkan seperti ada di dunia yang berbeda. Seingin-inginnya mengerti kehidupan sahabat, saya ternyata tidak mengerti sepenuhnya. Jadi kami dulu tidak bisa membayangkan hidup yang berliku-liku ini. HOWEVER, ada howevernya, Yup, we are grateful, we are greateful to have such a life. Saya selalu bangga dengan mereka. Bangga karena kami masing-masing berusaha untuk apa yang kami cita-citakan. Meski jalannya tidak semulus melangkahkan kaki lewat pintu Doraemon.
Sebagai ungkapan syukur dan gift buat yang baca, saya kasih lihat yang hijau-hijau. Yang bikin segar mata.
Semacam dedalu perkasa |
" kami masing-masing berusaha untuk apa yang kami cita-citakan. Meski jalannya tidak semulus melangkahkan kaki lewat pintu Doraemon."
ReplyDeletekoq gue suka banget kalimat yang ini yah.
Joko Pinurbo is a great poet.
Rangkaian kata-katanya bagus. Gak bertele-tele dan gak sulit dimengerti kayak puisi kebanyakan. I think this book is a must read :)
ReplyDeleteHal paling menakutkan ketika kecil dulu:
ReplyDelete- Monster di dalam lemari
- Monster di bawah tempat tidur
- Disuruh maju ngerjain soal di papan tulis😕
Hal paling menyenangkan:
- Diajak ke pasar untuk makan cendol ☺️