Judul di atas merupakan judul salah satu bab dari buku "Dunia Tanpa Suara" yang baru saya beli sewaktu kunjungan ke Depok. Bab ini merupakan bab yang cukup bikin saya kalem dan "aware" seharian. Mengapa?
Adalah pengisahan dengan indah cikal bakal semesta yang kemudian dicontohkan dengan bagian sederhana namun kompleks dari bagaimana manusia ada. Dari banyaknya sel sperma ayah kemudian bertemu dengan sel telur ibu dan menjadi satu. Kemudian dari satu itu terjadi ratusan pembelahan sel sehingga seorang manusia utuh tercipta.
Penciptaan yang luar biasa dari sang maha karya. Manusia, satu dari sekian banyak makhluk hidup lain. Masing-masing ada yang di air, udara, tanah, gunung, lautan membentuk suatu kesatuan yang selayaknya saling menjaga. Untuk itulah kita hidup berdampingan.
Cikal bakal mengantar saya pada realita saat ini. Secara nasional, bangsa boleh dibilang mengalami kemunduran. Nilai-nilai kebhinekaan yang dulu dibanggakan mulai diurai urai berdasarkan warna. Namun saya tidak boleh pesimis, karena ini hanya riak dari politik semata. Masih banyak orang beriman yang toleran di luar sana. Kita selayaknya selalu bercermin, melihat kembali ke belakang
Toh pada dasarnya kita semua adalah manusia dengan cikal bakal sel sperma dan sel telur yang mengalami proses pembelahan sel selama sembilan bulan di rahim ibu. Kemudian ada kuasa luar biasa yang kita imani sebagai Tuhan. Menghidupkan dan memberkahi.
Jadi jika kita kembali ke cikal bakal, kita akan dapat mengerti satu sama lain. Menghargai satu sama lain. Mencinta satu sama lain.
(Isi terinspirasi "Dunia Tanpa Suara" W Mustika)
Comments
Post a Comment
Terima kasih sudah dibaca,semoga bermanfaat. Silakan menuliskan komentar Anda. Terima Kasih