Skip to main content

Ruang dan Waktu

Aku menebak-nebak, seperti apakah aku nanti, seperti apakah kamu dan seperti apakah dia? Kadang terlalu terlambat untuk menyadari bahwa apa yang kita lakukan salah atau ternyata benar dan ada artinya. Sesuatu memang tidak ada yang sia-sia. Kita selalu belajar darinya. Dari hijaunya rumput sendiri ataupun rumput tetangga yang selalu lebih hijau. Namun aku pikir, untunglah aku masih memiliki bunga di halamanku. Tak perlu rumput tetangga, mungkin bisa jadi motivasi.

Hari ini sama, seperti kemarin. Masih sama. Aku meringkuk di kelam malam. Tidak mencekam tapi meradang. Ada kata yang terdengar pahit, hingga menusuk sukma. Sesuatu yang hitam selalu ada di atas putih. Tak habis pikir, seuntai suara bisa begitu rupa. Manis bersuara namun miris terdengar. Jika hanya kamu ada? Bisakah kamu bertahan? Tanpa siapa pun. Terdengar seperti lelucon. Gurauan  yang membuatmu senang. Namun  ada yang menangis sedih, meski tak terlihat. Terlalu malu-malu.

Banyak hal ingin kutanyakan, jika kamu mendengar suara desahan yang hampir tak terdengar. Di antara angin malam dingin. Kusapa bintang malam yang hanya diam. Selalu diam. Hampir sama sepertiku, di antara hari yang akan berujung. Menunggu sesuatu yang mungkin terjadi hingga letih.

 Selebihnya, masih banyak pertanyaan tak terjawab. Seperti apakah aku nanti? Masih buruk kah ataukah lebih baik setapak demi setapak, selangkah demi selangkah. Masih egokah? Berdiri di atas dua kaki hanya untuk dua kaki ini sendiri, sementara banyak kaki-kaki lain tak berfungsi, ataukah menggendong dan menuntun. Namun apakah aku ini? Hanya jika ini jalan dari Nya, selalu ada yang terbaik tanpa harus lari dan bersembunyi.


Tembok-tembok runtuhlah, pintaku. Aku ingin keluar, beranjak dan hidup. Tanpa hidup dalam mati. Aku ingin menyapa rumput di halamanku, rumput tetangga atau rumput di jalanan. Tanpa harus mencabuti. Aku ingin menyiram, memupuk dan membiarkan sang mentari memberi nyawa baru. Nyawa ini, sebelum kembali lagi nantinya, pada empunya.

Serangkaian kata bukanlah tanpa makna. Sama seperti hidup.

Comments

Popular posts from this blog

Cita-cita menjadi seorang dosen

Masih setengah jalan menuju profesi yang dicita-citakan. Sejak kecil, saya ingin berprofesi menjadi seorang guru. Lebih tepatnya guru di desa terpencil. Seorang saudara sepupu saya, ka Servulus Ndoa, tahu sekali cita-cita saya ini. LOL. Kemudian dalam perjalananannya, saya lebih memilih untuk menjadi seorang dosen. Saya tahu tidak mudah dan tidak asal saja menjadi dosen. Komitmen dan dedikasi sepenuh hati. Aissshh, semoga semeste mendukung keinginan anak baru  kemaren sore ini. Tentu jalannya tidak semulus jalan tol.. Bukan seorang  dengan predikat  cum laude, banyak yang harus terus dipelajari, digali, didalami dan dikembangkan (#Tsahhhh, biar kekinian) Banyak hal yang saya persiapkan. Mulai dari otodidak belajar TOEFL selama liburan dan ketika menganggur dan apply-apply beasiswa S2. Terus, aktif menulis remah-reman dalam bahasa Inggris. Maklum edisi belajar, mulai dari update post bbm, twitter, fb, dan blog. Maaf banget buat yang merasa terganggu, alhasil harus n...

Sahabat

 karena lembar demi lembar kisah hidupku, kutulis bersamamu, sahabat... Persahabatan itu memang selalu ada dalam suka dan duka. Ketika kita susah dan butuh dukungan maka mereka menjadi sumber inspirasi kita. Entah dengan bawelnya mereka menunjukan perhatian atau dengan cueknya pun mereka memberi arti tersendiri bagi kita. Sahabat selalu menunjukan cara masing-masing untuk menunjukan cara betapa pedulinya mereka   kita. Bahkan ketika kita sendiri tidak peduli pada apa yang sedang terjadi pada kita. Masing-masing mereka dengan apa yang ada dalam diri mereka. Saya seorang perantau yang tak benar jika dapat bertahan sendiri tanpa kehadiran sahabat. Sungguh sebuah berkat tak terhingga untuk memiliki sahabat di mana saya dapat menjadi diri saya. Berbagi dan merasakan segala sesuatu bersama terlebih lagi belajar menjalani hidup dalam suatu kesempatan, karena sahabat pun harus merelakan sahabatnya untuk menjalin persahabatan dan mengukir kisah lain. Maka tidak heran jika saya me...

"Ga nabung yah jadi bingung"

Ahay..,saya kangen nge blog..Salam kangen dari saya pada sahabat persablogan yang sering berkunjung dan sering saya kunjungi dan sering berbagi bersama. Yay, saya ngepos t lagi . Beberapa jam yang lalu masih di hari yang sama, saya lagi-lagi terpesona dengan beberapa orang lansia yang membuat saya tersenyum dan belajar.   sumber: www.fao.org/docrep/ 005/y4094e/y4094e15.gif Latar cerita, bertempat di sebuah koperasi. Bukan sebuah kantor besar tapi hanya ruang kecil seluas kamar saya. Orang- orang mengantri dengan sebuah buku catatan berwarna biru yang saya sukai, di bangku bermodel sama yang saya duduki ketika sekolah dasar. Di bangku yang berhadapan dengan petugas( bendahara) duduk seorang kakek mengenakan baju berwarna biru dimasukan dalam celana jeansnya, duduk sambil menyerahkan uang dan buku koperasinya serta  menjelaskan kolom mana saja yang harus disi dengan jumlah uang yang ia inginkan. "Tua-tua rajin menabung, cucu-cucu senang, hahahaha,"katanya ketika sele...