source: google images |
Baiklah saya harus mengakui kalau saya "kangen" menulis. Ini membuat saya lebih sehat, lebih hidup dan lebih bergairah. Banyak kisah di Februari yang harus diceritakan agar tidak lupa dan bisa jadi pembelajaran. Saya sering lupa,sering sekali, entahlah mungkin faktor umur.
Beberapa minggu lalu di Februari, anak TL kehilangan seorang dosen yang menginspirasi. Namanya pak Doni. Meski baru beberapa kali pertemuan dengan beliau, tapi berkesan. Berkesannya bagaimana?
Beliau ini masih suka meminta mahasiswa mengumpulkan tugas tulis tangan tentang opininya. Saya sukaaa walau malas sekali mengerjakan apalagi tulisan tangan saya susah dibaca. Mengapa ini penting untuk mahasiswanya? Beliau mengatakan bahwa ini penting agar kami bisa mengeluarkan opini sendiri yang otentik. Harapannya, mahasiswa bisa melatih menulis dengan baik dan tulisannya dipublikasikan. Yah, baiklah, selamat jalan pak Doni. Semangat mengajar, bapak akan menginspirasi.
Februari sudah berakhir, dan saya tiba di Maret yang memberi harapan. Yah, harapan. Dalam dua tahun berkuliah ini, saya menargetkan untuk dapat stempel baru di passpor. Sayang, kalau cuma dokumen kosong tanpa banyak stempel. Meski saya mendapat beasiswa yang cukup bisa buat #nabung beli tiket, tapi apa daya ada sekian urusan yang lebih prioritas. Nah, ada banyak cara untuk sampai ke Roma. Saya sedang bikin aplikasi untuk jalan-jalan ke luar 50 % gratis atau sejenisnya. Memang ribet sih, tapi setidaknya saya berusaha. Lulus atau tidak aplikasinya, saya tidak akan penasaran. Semoga lulus yak, biar ada sambungan ceritanya.
Hidup saat-saat ini membawa banyak pertanyaan di benak saya. Tuhan banyak menunjukan saya ketidakadilan di mana-mana, dan setiap kali saya menjadi sedih karenanya. Tubuh tua yang semangat kerja, mendorong gerobak barang bekas, atau bapak-bapak buruh harian yang terus berjalan, lalu berenti jika ada pekerjaan. Nah yang menyedihkan itu sebenarnya saya. Iya. Kurang bersyukur. Baiklah, ini perenungan. Semoga tidak berlarut-larut.
UTS di depan mata dan oh saya sudah jarang membaca. Bacaan-bacaan saya belum banyak aspek lagi seperti waktu itu masih di Komjak dan beberapa tahun sesudahnya. Saya benar butuh update & upgrade diri, biar tidak mengulang kesalahan mas Tere Liye, yang juga masih punya banyak PR membaca.
tulisanya bagus
ReplyDelete