Skip to main content

Don't think others smaller than you

Beberapa dari kami teman-teman lama,  sharing dan  bercerita. Dulunya kami bersama dalam kurun waktu yang lama dan lingkungan yang kurang lebih sama, demikian pula latar belakang kami. Mahasiswa dari kampung yang tetiba di kota dan survive dengan adaptasi,   Itu tahap satu.

Lalu tibalah kami di tahap dua. Bertemu  orang-orang baru dengan latar belakang sama dari kampung. Lalu ternyata banyak bedanya. Teman saya bercerita bahwa dia  ilfil  dengan beberapa kelakuan teman-temannya itu. Serba sok. Sok karena sebentar lagi mereka akan menempuh pendidikan tinggi di luar negeri. Sok karena mereka lebih pintar dan lebih apa-apa dari anak muda kebanyakan. Saya tentu bisa membayangkan bagaimana perilaku mereka. Beberapa yang saya temui memang begitu. Menjadi susah untuk diskusi dan didekati, misalnya karena masing-masing punya ego tinggi.

Akhir diskusi kami adalah bahwa teman-teman ini memang baru dapat rejeki. Jadi perilakunya masih semacam shock begitu. Mereka belum ketemu banyak orang, belum banyak pengalaman.
 Teman saya,  senior saya ini, sudah punya pengalaman seabrek,  berkomunikasi lintas daerah dan negara, dan kece sekali. Pantas, dia menyayangkan  putra putri daerah ini terlalu sombong dan bahkan kesukuan masih tinggi, padahal ketika bertemu banyak orang  adalah saat kita mengosongkan diri, dalam artian belajar banyak dari orang lain. Bisa dengan mendengarkan, sharing dan gaya bicara sederhana.

Saya menulis ini karena ini bisa jadi PR buat saya. Mengingatkan diri sendiri sebagai pribadi lemah. Beberapa dari kami ketika di tahap satu,  cukup beruntung, karena  menjadi minoritas mendesak kami banyak belajar dan bergaul dengan orang-orang yang pencapaiannya lumayan namun selalu tampil apa adanya. Dari situ kami belajar.

Obrolan kami juga sebenarnya bisa salah. Mungkin kami salah menilai atau kami yang terburu-buru men-judge. Bisa begitu, semoga kita sama-sama belajar jadi orang baik dan berguna yang makin merunduk.

Comments

Popular posts from this blog

"Ga nabung yah jadi bingung"

Ahay..,saya kangen nge blog..Salam kangen dari saya pada sahabat persablogan yang sering berkunjung dan sering saya kunjungi dan sering berbagi bersama. Yay, saya ngepos t lagi . Beberapa jam yang lalu masih di hari yang sama, saya lagi-lagi terpesona dengan beberapa orang lansia yang membuat saya tersenyum dan belajar.   sumber: www.fao.org/docrep/ 005/y4094e/y4094e15.gif Latar cerita, bertempat di sebuah koperasi. Bukan sebuah kantor besar tapi hanya ruang kecil seluas kamar saya. Orang- orang mengantri dengan sebuah buku catatan berwarna biru yang saya sukai, di bangku bermodel sama yang saya duduki ketika sekolah dasar. Di bangku yang berhadapan dengan petugas( bendahara) duduk seorang kakek mengenakan baju berwarna biru dimasukan dalam celana jeansnya, duduk sambil menyerahkan uang dan buku koperasinya serta  menjelaskan kolom mana saja yang harus disi dengan jumlah uang yang ia inginkan. "Tua-tua rajin menabung, cucu-cucu senang, hahahaha,"katanya ketika sele...

Penghargaan bagi lansia

"karena mereka tua oleh waktu tapi kenalilah sejenak masa mudanya" Sumber:http://ibnumada.files.wordpress.com/2010/04/nenek.jpg  Kini kita masih muda lalu menjadi tua secara perlahan-lahan karena waktu yang kian beranjak, Kadang kita suka menyangkal ketuaan kita( hahahaha, suka ngaku-ngaku masih 17, iya ga??)  Lihatlah, sekian banyak kerut di dahi, keriput wajah dan mata yang berbicara tentang kisah hidup yang telah dilewati. Suka dan duka. Di Jepang diadakan satu hari libur besar untuk menghormati para lansia yang diistilahkan Keirou no hi      untuk menghormati kerja keras dari para lansia ini. Upacara ini diperingati setiap hari Senin, mingggu ketiga bulan September. Saya merasa bahwa penghargaan bangsa Jepang terhadap para lansia sangat besar sampai hari itu diliburkan apalagi hari Senin. Saya bertanya-tanya, di Indonesia ada ga ya? Setelah browsing ternyata di Indonesia juga diperingati hari Lansia, tanggal 29 Mei menurut UU no 13 tahun 1998 lo...

Saya, Kamu dan Alam (Sahabatkah?)

“Karena kita tidak hidup seribu tahun lagi tapi alam bahkan akan ada beribu-ribu tahun lagi” dok pribadi:Dipotret dari nyamanya kursi bus dalam perjalanan Jawa-Bali, July 2010 Saya tidak dapat membayangkan apa yang akan terjadi dengan alam saya dan alam anda seribu tahun lagi. Bukan tidak mungkin untuk menjadi sangat berbeda dengan bumi yang kita tinggali sekarang, yang bahkan kondisinya memprihatinkan.  Generasi   kita selanjutnya mungkin akan mengenakan masker untuk menghalangi radiasi yang dapat merusak langsung kulit karena lapisan ozon yang membolong. Mengapa? Ah, saya yakin anda dan saya pasti bukan nenek moyang yang baik bagi penerus kita. Bukan seperti nenek moyang kita yang dalam sejarahnya menghasilkan penemuan-penemuan yang membantu kita kini. Kita akan dicap sebagai neneng moyang masa perusakan.  Tidak adil memang, karena masih ada sebagian besar orang yang pada masa ini yang menyerukan perbaikan pada alam ,menunjukan persahabatan pada alam dan mengh...