Skip to main content

Kerja jalan -jalan keliling Nagekeo

 Perjalanan selanjutnya setelah dari kampung Udi, kami sempat bertemu dengan ibu Hil, ibu camat di kantor camat Keo Tengah. Ibu Hil memberikan pengenalan untuk desa-desa di Keo Tengah yang memiliki potensi terutama yang punya produk-produk UMKM melalui Bumdes, diantaranya desa KotaWuji Barat dengan produk cokelatnya dan  Lewangera dengan produk Kemiri. 



Perjalanan ke Desa Lewangera tidak begitu jauh, kira-kira 8 km dari kota kecamatan. Desa ini terletak di dataran tinggi. Saya baru pertama kali memasuki kawasan desa ini. Pintu gerbang menuju desa sangat indah karena melewati sawah ladang dan sungai kemudian ada bukitnya juga. Jadi saya mengingat lagi gambar-gambar saya dahulu di Sekolah Dasar. Ternyata ada bukan cuma di lukisan-lukisan. Biasanya saya menggambar gunung atau perbukitan,  lalu sawah dengan aliran sungai dan jembatan. Voilaaa, ada di pintu masuk desa Lewangera.


Setelah bertamu ke kantor desa, kami bersama Bapak Sekdes menuju kelompok UMKM minyak kemiri. Tim dibagi 2. Pak Chris, pak Cuk, pak Yuven ke Desa Ngera, lalu saya, pak Kus, ibu Rani dan Roni menemui kelompok minyak kemiri. Kami menuju rumah ketua kelompok. 


Pembuatan minyak kemiri sudah dilakukan dengan mesin. Jadi kemiri yang sudah dikeringkan dan dikupas dimasukan ke dalam mesin dan keluarlah tetes demi tetes minyak. Namun sesuai dengan tujuan utama untuk memastikan potensi pariwisata, maka dari survey dan pengalaman langsung oleh teman-teman konsultan, pengunjung malah menikmati proses pembuatan minyak kemiri secara manual. Mulai dari menghancurkan kemiri kemudian menyaring dan menyegelnya dalam botol kecil. 


Ibu Rani, seorang dosen arsitektur, sangat menikmati proses karena diajak ikut untuk membuat minyak. Beliau mencoba menghaluskan juga memeras kemiri menjadi minyak. Menurut pak Kus, salah seorang praktisi di bidang pariwisata, pariwisata di kawasan Keo Tengah melibatkan pengalaman pengunjung untuk merasakan pengalaman-pengalaman sehari-hari. Ibu Rani juga sempat mengenakan pakaian adat dan berfoto. 


Geng motoran dari Desa Ngera langsung menyusur ke Desa Kelewae melalui Mauponggo sedangkan kami balik menuju Raja-Gako-Kelewae. 

Di Kelewae udara dingin menyambut kami. Saya suka sekali udaranya. Kami menginap di homestay milik pak Sil. Pemilik rumah menyambut kami dengan hangat. Makanannya enak-enak terutama sambal Koro Roe ala Kelewae. Terima kasih banyak pak Sil dan keluarga.








Comments

Popular posts from this blog

Cita-cita menjadi seorang dosen

Masih setengah jalan menuju profesi yang dicita-citakan. Sejak kecil, saya ingin berprofesi menjadi seorang guru. Lebih tepatnya guru di desa terpencil. Seorang saudara sepupu saya, ka Servulus Ndoa, tahu sekali cita-cita saya ini. LOL. Kemudian dalam perjalananannya, saya lebih memilih untuk menjadi seorang dosen. Saya tahu tidak mudah dan tidak asal saja menjadi dosen. Komitmen dan dedikasi sepenuh hati. Aissshh, semoga semeste mendukung keinginan anak baru  kemaren sore ini. Tentu jalannya tidak semulus jalan tol.. Bukan seorang  dengan predikat  cum laude, banyak yang harus terus dipelajari, digali, didalami dan dikembangkan (#Tsahhhh, biar kekinian) Banyak hal yang saya persiapkan. Mulai dari otodidak belajar TOEFL selama liburan dan ketika menganggur dan apply-apply beasiswa S2. Terus, aktif menulis remah-reman dalam bahasa Inggris. Maklum edisi belajar, mulai dari update post bbm, twitter, fb, dan blog. Maaf banget buat yang merasa terganggu, alhasil harus n...

Sahabat

 karena lembar demi lembar kisah hidupku, kutulis bersamamu, sahabat... Persahabatan itu memang selalu ada dalam suka dan duka. Ketika kita susah dan butuh dukungan maka mereka menjadi sumber inspirasi kita. Entah dengan bawelnya mereka menunjukan perhatian atau dengan cueknya pun mereka memberi arti tersendiri bagi kita. Sahabat selalu menunjukan cara masing-masing untuk menunjukan cara betapa pedulinya mereka   kita. Bahkan ketika kita sendiri tidak peduli pada apa yang sedang terjadi pada kita. Masing-masing mereka dengan apa yang ada dalam diri mereka. Saya seorang perantau yang tak benar jika dapat bertahan sendiri tanpa kehadiran sahabat. Sungguh sebuah berkat tak terhingga untuk memiliki sahabat di mana saya dapat menjadi diri saya. Berbagi dan merasakan segala sesuatu bersama terlebih lagi belajar menjalani hidup dalam suatu kesempatan, karena sahabat pun harus merelakan sahabatnya untuk menjalin persahabatan dan mengukir kisah lain. Maka tidak heran jika saya me...

"Ga nabung yah jadi bingung"

Ahay..,saya kangen nge blog..Salam kangen dari saya pada sahabat persablogan yang sering berkunjung dan sering saya kunjungi dan sering berbagi bersama. Yay, saya ngepos t lagi . Beberapa jam yang lalu masih di hari yang sama, saya lagi-lagi terpesona dengan beberapa orang lansia yang membuat saya tersenyum dan belajar.   sumber: www.fao.org/docrep/ 005/y4094e/y4094e15.gif Latar cerita, bertempat di sebuah koperasi. Bukan sebuah kantor besar tapi hanya ruang kecil seluas kamar saya. Orang- orang mengantri dengan sebuah buku catatan berwarna biru yang saya sukai, di bangku bermodel sama yang saya duduki ketika sekolah dasar. Di bangku yang berhadapan dengan petugas( bendahara) duduk seorang kakek mengenakan baju berwarna biru dimasukan dalam celana jeansnya, duduk sambil menyerahkan uang dan buku koperasinya serta  menjelaskan kolom mana saja yang harus disi dengan jumlah uang yang ia inginkan. "Tua-tua rajin menabung, cucu-cucu senang, hahahaha,"katanya ketika sele...