Skip to main content

Rumput-part2-end

Brakkkkk .  Aku menghempaskan pintu kamarku dengan keras. Ah, daripada aku mendengar lebih banyak pujian tentang Rani. Semua hal baik tentang Rani. Oh Rani kamu memang baik, tapi apakah aku selalu harus jadi bayangmu?

Entah sudah berapa kali aku menangis ketika nama Rani disebut. Aku rela dihukum tapi tanpa nama seorang Rani yang harus kudengar dari mulut ayah dan ibu. Lebih sakit dari pukulan, jeweran atau bahkan tamparan yang harus mendarat di pipiku. 

Aku hanya ingin pelukan dan usapan hangat di ujung rambutku.
Orang kedua yang harus kumaki-maki adalah Rian tapi tetap saja mulutku kelu.  Ah, Rian haruskah kumaki-maki jika hati ini sebenarnya sayang  padamu? Namun apa daya, Rian adalah pencinta Rani. Penganggum Rani. 

Aku bisa terima jika kamu terpesona pada Rani. Yah, kamu normal dan semua lelaki normal pasti jatuh hati pada Rani. Aku sayang kamu dan aku mau kamu bahagia, hingga kamu mendapatkan Rani pun aku tak heran, karena kamu cukup tampan untuk mendampinginya.  Namun kamu hanya salah, mendekatiku untuk lebih dekat pada Rani. 

Aku bukan batu loncatan yang siap menjadi mak comblang kamu dengan Rani. Aku terlalu bodoh untuk percaya bahwa kamu satu-satunya yang paling mengerti aku. Kamu datang di saat yang tepat ketika aku merasa tak ada yang peduli padaku. Tak ada hingga tanganmu yang merengkuhku kuanggap sebagai tangan malaikat tampat yang bersayap dan membawaku terbang. Membawa aku sejenak pergi dari kehidupanku yang menyesakan, dan pergi dari Rani. 

Saat itu kamu paling mengerti hingga aku tarlampau jauh melambungkan harapan-harapanku padamu. Menginginkanmu membawaku pergi, asal bisa bersamamu.
Mimpi. Yah, itu semua hanya mimpi. 

“yaaa, gue Cuma kasian aja sama dia kali. Lagian tujuan gue kan Cuma  mau ngedekatin Rani. Gua Cuma ga bisa aja lepas dari dia.”

Samar-samar suara yang kudengar dari mulutnya berdengung-dengung di telingaku. 
Aku terlampau sakit, hingga dengan diam-diam pun kupergi dari kehidupannya. Aku benar-benar manusia bodoh, tak berekspresi. Aku marah tapi lagi-lagi dalam diamku.
Arrrghhh, sudah berpuluh barang pecah belah kulempari hingga remuk di lantai tapi tak bisa menyembuhkan luka hatiku yang mendalam sejak dulu. Apa yang salah?

Hari ini terang benderang, indah, sejuk dan nyaman. Terdengar kicauan burung dan gemerisik angin di antara dedaunan. Ah, indah. Berkali-kali ucapan syukur terdengar memecah keheningan di sekitarku. Yah, aku ingin berucap di dalam hati saja.

Setahun telah berlalu sejak aku melukai diriku sendiri. Selama beberapa waktu aku dirawat di rumah sakit. Banyak hal yang berubah tapi bukan siapa pun yang berubah. Hanya aku yang berubah. 

Ada banyak yang memang tak bisa diubah namun aku yang mengubah pemikiranku. Yah, Rani tetap harus jadi Rani. Ayah, ibuku pun tetap jadi mereka apa adanya.
Aku hanya perlu jadi yang baru.
-End-

Comments

  1. jangan jadikan hari yang uda terang benderang, indah, sejuk dan nyaman kem bali menjadi seperti yang lalu-lalu seharusnya :(

    ReplyDelete
  2. wah, kasihan amat si tokoh aku..

    ReplyDelete
  3. Go..go..go... bangkit buat tokohnya! bisa kok lebih dari Rani asal percaya diri, dan lepas dari semua bayang2nya...

    ReplyDelete
  4. Aduh.. sampai harus dirawat di rumah sakit? Kasihan sekali.

    BTW, kenapa judulnya rumput ya? Bingung nih...

    ReplyDelete
  5. Menjadi diri sdri & tetap percaya diri :P

    ReplyDelete
  6. kok saya jadi mikirin tokoh aku yaa...
    dia cuma fiksi kan? kan? kan???? hahaa

    ReplyDelete
  7. pengalaman pribadi kah ini?love,peace and gaul.

    ReplyDelete
  8. btw darri fontnya gw tau kayaknya ini ditulis dulu di Word trus dipindahin. iya kan? gw juga kadang suka gitu juga. hehehhe

    ReplyDelete
  9. mau aja jadi batu loncatan...
    tar batunya kegedean malah gabisa loncat
    gimana..?

    ReplyDelete
  10. ceritanya bagus2.. :)
    suka nulis juga yaa? samaa.. hihi..

    ReplyDelete

Post a Comment

Terima kasih sudah dibaca,semoga bermanfaat. Silakan menuliskan komentar Anda. Terima Kasih

Popular posts from this blog

Cita-cita menjadi seorang dosen

Masih setengah jalan menuju profesi yang dicita-citakan. Sejak kecil, saya ingin berprofesi menjadi seorang guru. Lebih tepatnya guru di desa terpencil. Seorang saudara sepupu saya, ka Servulus Ndoa, tahu sekali cita-cita saya ini. LOL. Kemudian dalam perjalananannya, saya lebih memilih untuk menjadi seorang dosen. Saya tahu tidak mudah dan tidak asal saja menjadi dosen. Komitmen dan dedikasi sepenuh hati. Aissshh, semoga semeste mendukung keinginan anak baru  kemaren sore ini. Tentu jalannya tidak semulus jalan tol.. Bukan seorang  dengan predikat  cum laude, banyak yang harus terus dipelajari, digali, didalami dan dikembangkan (#Tsahhhh, biar kekinian) Banyak hal yang saya persiapkan. Mulai dari otodidak belajar TOEFL selama liburan dan ketika menganggur dan apply-apply beasiswa S2. Terus, aktif menulis remah-reman dalam bahasa Inggris. Maklum edisi belajar, mulai dari update post bbm, twitter, fb, dan blog. Maaf banget buat yang merasa terganggu, alhasil harus n...

Sahabat

 karena lembar demi lembar kisah hidupku, kutulis bersamamu, sahabat... Persahabatan itu memang selalu ada dalam suka dan duka. Ketika kita susah dan butuh dukungan maka mereka menjadi sumber inspirasi kita. Entah dengan bawelnya mereka menunjukan perhatian atau dengan cueknya pun mereka memberi arti tersendiri bagi kita. Sahabat selalu menunjukan cara masing-masing untuk menunjukan cara betapa pedulinya mereka   kita. Bahkan ketika kita sendiri tidak peduli pada apa yang sedang terjadi pada kita. Masing-masing mereka dengan apa yang ada dalam diri mereka. Saya seorang perantau yang tak benar jika dapat bertahan sendiri tanpa kehadiran sahabat. Sungguh sebuah berkat tak terhingga untuk memiliki sahabat di mana saya dapat menjadi diri saya. Berbagi dan merasakan segala sesuatu bersama terlebih lagi belajar menjalani hidup dalam suatu kesempatan, karena sahabat pun harus merelakan sahabatnya untuk menjalin persahabatan dan mengukir kisah lain. Maka tidak heran jika saya me...

"Ga nabung yah jadi bingung"

Ahay..,saya kangen nge blog..Salam kangen dari saya pada sahabat persablogan yang sering berkunjung dan sering saya kunjungi dan sering berbagi bersama. Yay, saya ngepos t lagi . Beberapa jam yang lalu masih di hari yang sama, saya lagi-lagi terpesona dengan beberapa orang lansia yang membuat saya tersenyum dan belajar.   sumber: www.fao.org/docrep/ 005/y4094e/y4094e15.gif Latar cerita, bertempat di sebuah koperasi. Bukan sebuah kantor besar tapi hanya ruang kecil seluas kamar saya. Orang- orang mengantri dengan sebuah buku catatan berwarna biru yang saya sukai, di bangku bermodel sama yang saya duduki ketika sekolah dasar. Di bangku yang berhadapan dengan petugas( bendahara) duduk seorang kakek mengenakan baju berwarna biru dimasukan dalam celana jeansnya, duduk sambil menyerahkan uang dan buku koperasinya serta  menjelaskan kolom mana saja yang harus disi dengan jumlah uang yang ia inginkan. "Tua-tua rajin menabung, cucu-cucu senang, hahahaha,"katanya ketika sele...