Demikian bacaan sangat singkat pagi ini di sela banyak sekali aktivitas pemikiran sedang aksi masih belum jalan. Demikian atas nama kesibukan pikiran. Abaikan.Buah kecerdasan dan kebajikan dan semua bakat yan berlimpah paling baik jika dipergunakan bersama-sama dengan orang-orang disekitarnya (orang-orang Yunani pengikut Zeno dalam antologi filsafat, Graham Higggin, hal. 38)
Jadi di sela-sela masa menyelesaikan studi ini, saya kemudian kembali pada awal. Pada motivasi saya untuk berkuliah lagi. Dengan mengulang-ulang frase di atas dalam pikiran, saya merasa betapa menjadi seorang sarjana atau magister bukan soal gelar tambahan.Menjadi magister butuh tanggung jawab besar dari segi pengetahuan dan tingkah laku yang terutama. Namun yang paling dasar adalah bagaimana ilmu itu bisa dipergunakan bersama-sama untuk kepentingan bersama.
Hayo lo? Sudah belajar apa saja? Aksi nyata-nya apa?
#refleksi
Lalu saya menilai bahwa saya butuh ruang. Selama ini saya selalu berpikir untuk mencari ruang. Saya menjadi takut jika tidak ada ruang dan pemikiran saya menjadi tumpul. Dan mengalami yang namanya berhenti berpikir, mengekor. Oh tidak!
Nah-nah, kemudian terbesitlah, mengapa tidak kita ciptakan ruang? Ciptakan ruang! Bikin proposal.
Demikianlah cukup tulisan saya di pagi ini, untuk mengenang keterbukaan mata pikiran dan hati saya terhadap istilah "cipta ruang" dan "cipta karya" (yang terrakhir akibat tugas persampahan, sering main ke website Dirjen Cipta Karya yang datanya belum lengkap) . Beberapa hari ini ide saya begitu menggebu. Saya harap bisa dikerjakan dengan baik.
Love you, good people!
ciptakan ruang. wah gue suka banget kata-kata yang itu
ReplyDeleteklo udah gaada ruang yaudah bikin ruang deh. hehe