Skip to main content

Mimpi A dan B? Menikah?

Ada sebuah kisah nyata percakapan antara seorang A dan seorang B ( nama disamarkan untuk menjaga privasi) di suatu sore yang cerah ditemani burung-burung berkicau. Tentang mimpi mereka masing-masing

Biar jelas, akan saya gambarkan pribadi mereka masing-masing. Si  A merupakan seseorang yang bisa dibilang banyak tahu tapi tak tahu banyak juga, punya banyak mimpi indah, dan sepertinya sedang mencari-cari sesuatu tapi tak tahu apa yang sedang ia cari.
Sedangkan pribadi B adalah seorang yang sudah bekerja sebagai seorang pekerja rumah tangga yang sangat ahli dalam mengurus urusan rumah tangga. B tidak dapat sekolah, hanya sampai sekolah dasar.

Hem, dan apa yang mereka bicarakan adalah kehidupan masa depan. Ketika B tiba-tiba bertanya pada A:

B: “mba A, kapan nikah?”

A: “nikah?Aiiih, masih lama B, (Si A tak menduga pertanyaan si B, jadinya agak kaget).
Lagian belum punya pacar,”

B: “belajar mulu sih,”

(si A melongo)”teman-teman saya mah udah pada nikah, dari umur 16 an udah ada”

A: “lalu kamu?Kenapa ga mau? Bukannya nikah itu enak, B?”

B:”wah, saya mah masih pengen bebas. Masih pengen beli-beli barang. Kalau nikah mah uang seribu aja mau dikeluarin, sayang banget.

A:” iya ya, B, uang seribu udah lumayan beli cabe, atau bawang merah. Belum lagi kalau anaknya suka jajan.”

B::”Iya makanya saya mah ke Jakarta aja, lumayan kerja dulu biar  bisa beli TV, CD, bagusin rumah.”

A: “ Iya benar  tu B. Nikah mah harus benar-benar siap dulu, B. Rencananya harus matang dulu, biar ga repot nantinya.  Saya mah pengen rumah kecil aja, pengen punya tanah yang luas biar banyak pohon buah, cabe, bawang, sayur. Udah gitu wajib punya warung di depan rumah. Iya ga, B?”

B:” Susah kalo bikin warung mba A kalo di kampung. Kasihan usahanya bakal mati. “
Si A bingung,  mengira mimpi dan idenya bakal diterima si B dengan harapan si B mengingat dan mungkin bisa membuat si B sukses nantinya.

A:” loh kenapa? Bukannya bagus B?Lumayan buat tambahan. Jualan sembako aja, biar modalnya ngalir”

B: “si mba ga tau aja kalau di kampung tuh susah mah buat usaha warung. Orang barangnya  ga dibayar, diambil dulu. Eh, bayarnya lama. Mau nagihin ga enak.”

Si A, terdiam sejenak dan berpikir.

A: “ yah B, dipasang aja di depan warung, ada uang ada barang. Atau ga B buat warung di kota aj di tempat yang rame, di pasar, nyewa tempat.”

B:”Wah saya mah ga berani, enak kalo mba A. Pinter”

Lalu si A dan B, menyibukan diri dengan pikiran masing-masing. Ada komentar mengenai permasalahan si A dan B?


Comments

  1. ya jgn buru2 menikah..ntar malah nyesel ya. hehee

    ReplyDelete
  2. pertanyaan menyebalkan emang : Kapan nikah?..

    terutama untuk orang-orang yang tidak berencana menikah dalam waktu deket..


    #edisi curcol

    ReplyDelete
  3. kunjungan balesan
    mau nikah cepet ya? pikir2 dl deh

    ReplyDelete
  4. @sang cerpenis: iyaaaa, hahaha masih blm mauuu


    @Gaphe: hahaha,orang2 tua pertanyaan nya suka aneh

    @exort: ga laaaa, g pengen nikah cepet..

    Makasih semua buat kunjungannya,,

    ReplyDelete
  5. gimana kalo ngga usah warung aja usahanya..? apa kek yg ngga usah pake nagih..

    ambil award dari saya yahh :D

    ReplyDelete
  6. Kalo udah siap, kenapa nggak di antara mereka ber2 menikah? :p Seenggaknya kebebasan nya kan bisa terganti seiring berjalannya waktu setelah menikah :)

    ReplyDelete
  7. nikahin aja mereka berdua biar kagak bingung hahaha..

    ReplyDelete
  8. gak cuma siap harta tapi kudu siap mental juga..

    ada yang bilang klo nikah, itu pintu rejeki selanjutnya..:)

    ReplyDelete
  9. @Meutia: hehehe, yay, banyak sih bisa juga klo kerajinan tangan gitu tapi klo punya ketrampilan atau ad yang ngajarin...

    @Iam: aiih, aiih,,aku lua bilang yah, kllo si A dan B dua2nya cewek..hahaha

    @Adi: yay, benar banget. semoga banyak yg ngejar mimpi dulu..hehe tapi bisaa aj mimpinya nikah..hahaha

    ReplyDelete
  10. permasalahnnya apa ya?
    mungkin pada ngira kalau kehidupan orang lain lebih enak dari kehidupan mereka sendiri...

    *so' bijak.

    ReplyDelete
  11. Mungkin, karena setiap orang memiliki ideologi yg berbeda2 kalee ya....Jihehehehe...

    Tapi logat percakapannya kok kyk bahasa daerah saya ya, ad "MAH" nya, jgn2 si A n si B tetangga saya.....jiahhahahaa........

    ReplyDelete
  12. masih jadi misteri, tapi banyak juga yang sudah buktikan keajaiban menikah..he

    ReplyDelete
  13. @zulig: aihh dua2 Adan B cewe loh,hahaha

    @Huda Tula: yoi mas, kadang suka kurang bsyukur jg..

    @mr TM:aiih, bisa aj tetanggaan mas hahaha, coba cek dan ricek..haha

    @Rio: iya, hem intinya nikah harus siap mental dan bener2 matang dulu, hehehe

    ReplyDelete
  14. bener kata mbak fanny tuh di atas... ntar kalau emang belum siap terus banyak kejadian yg harus di sesali bagaimana?!??! heheheh.. bukannya nakutin sii :p

    ReplyDelete
  15. Si A dan Si B punya latar belakang pendidikan yg berbeda... pasti sudut pandang mereka beda juga. Susah sih kalau membuat Si B mengikuti jalan pikiran si A.

    ReplyDelete
  16. Sebelum nikah emang harusnya dipikirin dulu matang2.. biar ga ada penyesalan di kemudian hari,

    ReplyDelete
  17. @BP:kok jadi kayak saya yang mau nikah , hahaha, iya moga banyak anak muda yang g asal nikah aj tanpa rencana yang matang, hehehe

    @catatan kecilku: nah itu dia,,jadiny si A berusaha untuk memberikan obrolan bermanfaat buat si B, tp si Ajadi ikut mikir juga, hehe

    @the others: iya setuju..makasih semua ud berkunjung

    ReplyDelete
  18. nikah itu enak loh
    ketika enaknya :D
    tapi saya belum nikah
    haha

    ReplyDelete
  19. Kapan Nikah? Hhhh, pertanyaan yang masih dalam seribu misteri ....

    ReplyDelete
  20. @Rubi: yay, hahaha, tapi biasanya pasti aminnn

    ReplyDelete

Post a Comment

Terima kasih sudah dibaca,semoga bermanfaat. Silakan menuliskan komentar Anda. Terima Kasih

Popular posts from this blog

Cita-cita menjadi seorang dosen

Masih setengah jalan menuju profesi yang dicita-citakan. Sejak kecil, saya ingin berprofesi menjadi seorang guru. Lebih tepatnya guru di desa terpencil. Seorang saudara sepupu saya, ka Servulus Ndoa, tahu sekali cita-cita saya ini. LOL. Kemudian dalam perjalananannya, saya lebih memilih untuk menjadi seorang dosen. Saya tahu tidak mudah dan tidak asal saja menjadi dosen. Komitmen dan dedikasi sepenuh hati. Aissshh, semoga semeste mendukung keinginan anak baru  kemaren sore ini. Tentu jalannya tidak semulus jalan tol.. Bukan seorang  dengan predikat  cum laude, banyak yang harus terus dipelajari, digali, didalami dan dikembangkan (#Tsahhhh, biar kekinian) Banyak hal yang saya persiapkan. Mulai dari otodidak belajar TOEFL selama liburan dan ketika menganggur dan apply-apply beasiswa S2. Terus, aktif menulis remah-reman dalam bahasa Inggris. Maklum edisi belajar, mulai dari update post bbm, twitter, fb, dan blog. Maaf banget buat yang merasa terganggu, alhasil harus nerimo kalau d

Sahabat

 karena lembar demi lembar kisah hidupku, kutulis bersamamu, sahabat... Persahabatan itu memang selalu ada dalam suka dan duka. Ketika kita susah dan butuh dukungan maka mereka menjadi sumber inspirasi kita. Entah dengan bawelnya mereka menunjukan perhatian atau dengan cueknya pun mereka memberi arti tersendiri bagi kita. Sahabat selalu menunjukan cara masing-masing untuk menunjukan cara betapa pedulinya mereka   kita. Bahkan ketika kita sendiri tidak peduli pada apa yang sedang terjadi pada kita. Masing-masing mereka dengan apa yang ada dalam diri mereka. Saya seorang perantau yang tak benar jika dapat bertahan sendiri tanpa kehadiran sahabat. Sungguh sebuah berkat tak terhingga untuk memiliki sahabat di mana saya dapat menjadi diri saya. Berbagi dan merasakan segala sesuatu bersama terlebih lagi belajar menjalani hidup dalam suatu kesempatan, karena sahabat pun harus merelakan sahabatnya untuk menjalin persahabatan dan mengukir kisah lain. Maka tidak heran jika saya memiliki ba

"Ga nabung yah jadi bingung"

Ahay..,saya kangen nge blog..Salam kangen dari saya pada sahabat persablogan yang sering berkunjung dan sering saya kunjungi dan sering berbagi bersama. Yay, saya ngepos t lagi . Beberapa jam yang lalu masih di hari yang sama, saya lagi-lagi terpesona dengan beberapa orang lansia yang membuat saya tersenyum dan belajar.   sumber: www.fao.org/docrep/ 005/y4094e/y4094e15.gif Latar cerita, bertempat di sebuah koperasi. Bukan sebuah kantor besar tapi hanya ruang kecil seluas kamar saya. Orang- orang mengantri dengan sebuah buku catatan berwarna biru yang saya sukai, di bangku bermodel sama yang saya duduki ketika sekolah dasar. Di bangku yang berhadapan dengan petugas( bendahara) duduk seorang kakek mengenakan baju berwarna biru dimasukan dalam celana jeansnya, duduk sambil menyerahkan uang dan buku koperasinya serta  menjelaskan kolom mana saja yang harus disi dengan jumlah uang yang ia inginkan. "Tua-tua rajin menabung, cucu-cucu senang, hahahaha,"katanya ketika sele