Semalam terlewatkan. Kesadaran setengah penuh karena setengahnya lari ke depan. Jauh di depan, hingga hidup tak seperti sedang dijalani. Entahlah, para inspirator telah pergi begitu jauh, meninggalkan sosok yang tenggelam bersama euforia mereka. Tenggelam.
Meski pagi datang dengan cemburu. Menyalak-nyalak memohon perhatian. Ah, digigitpun tidak berasa. Masih terlalu pagi. Masih terlalu dingin. Ah, tidak. Bukankah mereka tersadar selalu di pagi buta?masih buta benar dan gemericik air berkecipak. Asap dapur telah mengepul, bukan untuk secangkir kopi panas dan sepiring pisang goreng. Bukan!
Telah berkilo-kilo meter, mereka berjalan dengan gendongan di punggung. Berbaris rapi pagi-pagi sebelum surya benar bersinar. Menuruni lembah menuju kota. Tidak sesekali berkeluh, hanya mengusap peluh dan meneguk air.
Ah, sedang seseorang bergulingan di kasur empuk. Melanjutkan mimpi yang terpotong karena ayam berkokok. Masih sayup terdengar, petuah-petuah sejak puluhan tahun lalu,
“ Bangun kamu, nak. Bangun pagi-pagi. Biar ada rejeki”
Hanya terdengar sayup. Tidak berasa. Masih banyak waktu sampai benar surya di atas kepala. Masih banyak. Arjuna sedang merayu, kali ini. telah sekian waktu memujanya dan tak ingin bangun untuk menghapusnya dari mimpi.
Kalah dengan kulit kaki-kaki yang mengelupas akibat jalanan berbatu tajam, pergi ke kebun. Kalah dari mereka yang wajah, dan kulit tangannya berlotionkan debu jalanan, dan berpayung surya yang meninggi.
Ah, bangun. Ayo kamu bangun. Sadarlah. Kejar mereka itu. Hari ini tanpa menunggu lagi. Bukankah kamu hidup sekarang?
Pagi masih buta. Kepulah asap kamarmu. Bukan untuk secangkir kopi panas dan sepiring pisang goreng.
Meski pagi datang dengan cemburu. Menyalak-nyalak memohon perhatian. Ah, digigitpun tidak berasa. Masih terlalu pagi. Masih terlalu dingin. Ah, tidak. Bukankah mereka tersadar selalu di pagi buta?masih buta benar dan gemericik air berkecipak. Asap dapur telah mengepul, bukan untuk secangkir kopi panas dan sepiring pisang goreng. Bukan!
Telah berkilo-kilo meter, mereka berjalan dengan gendongan di punggung. Berbaris rapi pagi-pagi sebelum surya benar bersinar. Menuruni lembah menuju kota. Tidak sesekali berkeluh, hanya mengusap peluh dan meneguk air.
Ah, sedang seseorang bergulingan di kasur empuk. Melanjutkan mimpi yang terpotong karena ayam berkokok. Masih sayup terdengar, petuah-petuah sejak puluhan tahun lalu,
“ Bangun kamu, nak. Bangun pagi-pagi. Biar ada rejeki”
Hanya terdengar sayup. Tidak berasa. Masih banyak waktu sampai benar surya di atas kepala. Masih banyak. Arjuna sedang merayu, kali ini. telah sekian waktu memujanya dan tak ingin bangun untuk menghapusnya dari mimpi.
Kalah dengan kulit kaki-kaki yang mengelupas akibat jalanan berbatu tajam, pergi ke kebun. Kalah dari mereka yang wajah, dan kulit tangannya berlotionkan debu jalanan, dan berpayung surya yang meninggi.
Ah, bangun. Ayo kamu bangun. Sadarlah. Kejar mereka itu. Hari ini tanpa menunggu lagi. Bukankah kamu hidup sekarang?
Pagi masih buta. Kepulah asap kamarmu. Bukan untuk secangkir kopi panas dan sepiring pisang goreng.
He8...kt ortu bangun pagi biar rejeki gk ilang :)
ReplyDeleteini pusi tokh? kirain gw narasi ngitu. hehehe
ReplyDeletesumpah keren...
ReplyDeletereally love this one..^^
>saya kena sindir juga neh, heheeheh.
sajak yg keren... :D
ReplyDeletesecangkir kopi dan pisang goreng setiap pagi selalu kurindu
ReplyDeletemba Ami: iyaaahh, hahaha,semoga trus bgn pagii
ReplyDelete@Nuel: puisi g tepat juga, sih panjang gini, haha
@mas Huda: hehe, makasih mas, haha nih mah nyindir saya jug,,:)
@Adhi: makasih Dhi
@mas Rawins: iyah mas, hahaha gurihnya pisang goreng jadi kebayang deh
Wah, keren banget tulisannya. Seingatku selama ini aku belum pernah menemukan tulisan spt ini di sini...
ReplyDeleteKeren.. keren... 2 jempol deh.
BTW, maaf ya baru sempat mampir lagi. Sedang sibuk jalan2 nih sekalian ngumpulin lagi semangat blogging yang terserak entah dimana.
catatan yang inspiratif..
ReplyDeletejangan sesalkan masa lalu, dan jangan khawatir akan masa dengan dan hadapilah hari ini dengan penuh kesadaran...
Apa kbr rose?
Ass
ReplyDeleteSajak yg indah
Pandai merangkai katanya
Itu ceritanya udah tengah hari gak bangun-bangun, ya? :-D
ReplyDeletemba Renny: hehe, makasih mba.., :)
ReplyDeletemas Rio:iyaaa kesadaran buat hari ini mas Rio, makasih banyak. Aku baik2 saja. hoho pasti mas Rio jugaaa:)
Nura: makasih Nura, makasih sudah berkunjung
Sabjan: hehehe, iyaa kebanyakan tidur:)
Saalam kenal...
ReplyDeleteGood....good, sajak yang benar' keren...
sajak panjang yg mantap
ReplyDeleteselalu sama di setiap daerah kalo nyuruh bangun pagi alasannya biar rejekinya nggak dipatok ayam.. hahaha.. jawab ajaa : emang ayam sekarang doyan duit recehan?
ReplyDeleteAku hidup, sadar, bangun dan bersemangat...
ReplyDeleteHave a great day...
aku malas bangun pagi duluu waktu sekolah, kuliah dan kerja tapi sekarang drmh terus malah bangunnya pagi hehehe :p
ReplyDeletesungguh permainan kata yang menarik.
ReplyDeletesalam kenal
duh' mba' terasa langsung saya dibuatnya. .
ReplyDeletesungguh menakjubkan untuk malam ini, bisa turut serta membaca artikel-artikel yg bermanfaat.
makasiH. .
sajak yang bagus walau awalnya sempet pangling, gua kirain ini cerpen, wuakakakak...
ReplyDeletebtw, maaf ya udah lama gak main kesini, hehehe...
standing aplause sa.hahahaha..padahal gw dah komen di fesbuk ya..biar rame sa,gw komen lagi.BRAVO!
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeletesajak yg manarik permainan kata yg sangat sempurna
ReplyDelete