Skip to main content

Rona

Aku selalu  berpikir bahwa aku adalah kamu yang dulu . Duduk di tepi danau sambil menikmati apa pun yang bisa kita nikmati. Senja. Daun kuning yang berserakan. Angin  yang berembus. Bau air danau yang kehijauan. Rumput yang basah. Hembusan nafas yang teratur. Lepas dan bebas. Kamu tahu bahwa aku sungguh suka saat ini. tak ada banyak kata dan memang tak perlu. Keheningan membicarakan segalanya. Setiap luka serasa diobati perlahan. Aku membiarkannya menganga sejak dulu,menunggu waktu yang membawa pergi. Begitu adanya, karena aku tak bisa memaksa. Perlahan jauh di lubuk hatiku, aku pasrah. Dan tak ada yang lebih indah dari kepasrahan, penerimaan dan pengertian. Setiap sapuan angin di wajah dan rambutku, kini membelai jiwaku juga. Menutup luka yang menganga.
Kamu pasti berpikir, mengapa aku berpikir bahwa aku adalah kamu yang dulu. Rumit memang dijelaskan tapi aku berusaha untuk menjelaskannya. Aku tahu bahwa setiap jalan kehidupan beginilah adanya. Kita berubah setiap saat. Tak ada yang bisa mengingkari ini, seperti sel-sel tubuh kita yang selalu dibarui. Kamu yang dulu adalah segalanya bagiku. Bersinar. Tidak secerah mentari karena akan menyilaukan. Kamu seperti bulan penuh yang menerangi langit malam yang kelam, teduh. Ah, mungkin kamu bilang aku terlalu berlebihan tapi beginilah gambaranku. Tak ada yang lebih sederhana karena kamu selalu tidak sesederhana yang kupikirkan. Kompleks. Kamu yang dulu yang mengalir bagai air dan ringan. Berlari-lari tanpa ketakutan.  Tahu apa pun yang kamu inginkan. Tahu kalau kamu selalu punya jalan sendiri, punya cahaya sendiri tapi tetap berjalan bergandengan. Aku tahu bahwa hidup bagai air yang mengalir atau pun banyak metafora lainnya yang menggambarkan bagaimana hidup itu. Namun belajar sembari hidup itu yang kupelajari. Aku selalu tidak suka belajar. Tidak mau mengerti. Kamu tidak pernah memaksaku untuk mengerti, tidak mendoktrinku. Itu juga yang membuatku bingung karena aku selalu ingin kamu memberi jawaban. Meski kadang aku lagi-lagi tak ingin paham mengapa harus terjadi seperti adanya.
Kamu membuat aku bingung. Di satu sisi ada kekecewaan besar menebas leherku seperti pedang. Kamu tak ingin aku seperti kamu yang dulu. Oh, wait!Why? Aku harus sendiri. Berjalan dengan kedua kakiku. Melihat dengan kedua mataku. Berpikir sekehendakku. Itu yang kamu inginkan? Hey, selama ini aku begitu. Tapi kamu bilang aku menipu. Aku tak pernah begitu.
Aku diam dalam amarahku. Menghindar dan pergi jauh untuk menghempaskan kata-kata itu dari pikirku. Ah, semakin aku menolak, mereka bernama masalah datang dan menyuruhku untuk segera menyelesaikannya.
Di tepi danau ini bertahun sejak terakhir aku bertemu kamu. Aku tahu apa yang kamu maksud. Aku menemukan jawabannya. Aku di sini. Duduk di tepi danau sambil menikmati apa pun yang bisa kita nikmati. Senja. Daun kuning yang berserakan. Angin  yang berembus. Bau air danau yang kehijauan. Rumput yang basah. Hembusan nafas yang teratur. Lepas dan bebas. Tidak lagi berpikir bahwa aku seperti kamu di waktu muda. Aku, hanya aku. Aku sadar. 

(Pada pagi ketika beberapa malam kelam)

Comments

  1. apa kamu seseorang yang dicintai 'aku'?

    ReplyDelete
  2. merenungi kalimat demi kalimat...hmm...

    ReplyDelete
  3. true story atau sekedar fiksi nih?? nice posting jenk ;)

    ReplyDelete
  4. nih cerpen? kalo cerpen koq bahasanya lebih miriip kayak puisi ato prosa yah?

    ReplyDelete
  5. nice one writer :)
    salam kenal ya

    ReplyDelete
  6. aku sudah 2 kali membaca fiksi disini dan semuanya bagus..
    Berbakat jadi penulis nih!

    ReplyDelete
  7. duh bagus banget tulisannya,love,peace and gaul.

    ReplyDelete
  8. hanyut... :)

    >>nyadar ga si? kamu tuh pinter bgt nulis...

    ReplyDelete

Post a Comment

Terima kasih sudah dibaca,semoga bermanfaat. Silakan menuliskan komentar Anda. Terima Kasih

Popular posts from this blog

Cita-cita menjadi seorang dosen

Masih setengah jalan menuju profesi yang dicita-citakan. Sejak kecil, saya ingin berprofesi menjadi seorang guru. Lebih tepatnya guru di desa terpencil. Seorang saudara sepupu saya, ka Servulus Ndoa, tahu sekali cita-cita saya ini. LOL. Kemudian dalam perjalananannya, saya lebih memilih untuk menjadi seorang dosen. Saya tahu tidak mudah dan tidak asal saja menjadi dosen. Komitmen dan dedikasi sepenuh hati. Aissshh, semoga semeste mendukung keinginan anak baru  kemaren sore ini. Tentu jalannya tidak semulus jalan tol.. Bukan seorang  dengan predikat  cum laude, banyak yang harus terus dipelajari, digali, didalami dan dikembangkan (#Tsahhhh, biar kekinian) Banyak hal yang saya persiapkan. Mulai dari otodidak belajar TOEFL selama liburan dan ketika menganggur dan apply-apply beasiswa S2. Terus, aktif menulis remah-reman dalam bahasa Inggris. Maklum edisi belajar, mulai dari update post bbm, twitter, fb, dan blog. Maaf banget buat yang merasa terganggu, alhasil harus nerimo kalau d

Sahabat

 karena lembar demi lembar kisah hidupku, kutulis bersamamu, sahabat... Persahabatan itu memang selalu ada dalam suka dan duka. Ketika kita susah dan butuh dukungan maka mereka menjadi sumber inspirasi kita. Entah dengan bawelnya mereka menunjukan perhatian atau dengan cueknya pun mereka memberi arti tersendiri bagi kita. Sahabat selalu menunjukan cara masing-masing untuk menunjukan cara betapa pedulinya mereka   kita. Bahkan ketika kita sendiri tidak peduli pada apa yang sedang terjadi pada kita. Masing-masing mereka dengan apa yang ada dalam diri mereka. Saya seorang perantau yang tak benar jika dapat bertahan sendiri tanpa kehadiran sahabat. Sungguh sebuah berkat tak terhingga untuk memiliki sahabat di mana saya dapat menjadi diri saya. Berbagi dan merasakan segala sesuatu bersama terlebih lagi belajar menjalani hidup dalam suatu kesempatan, karena sahabat pun harus merelakan sahabatnya untuk menjalin persahabatan dan mengukir kisah lain. Maka tidak heran jika saya memiliki ba

Happy Birthday, Wig!

Selamat Ulang Tahun,Wig 16 tahun ya, kamu sekarang Ayo mari kita bermimpi dan melakukan lebih banyak! Untuk adik tersayang, Wigbertus Goa Panda "sa mau kau mendapatkan banyak hal yang lebih baik dari saya."